Teater Garasi
TEATER GARASI -- didirikan 4 Desember 1993 --
merupakan kumpulan seniman lintas disiplin dan Laboratorium Penciptaan Teater
yang berdomisili di Yogyakarta. Sejak awal berdirinya, Teater Garasi telah
mengambil posisi di lanskap seni pertunjukan eksperimental. Di tingkatan
bentuk, karya-karya Teater Garasi kerap mendasarkan diri pada kajian atas
tradisi-tradisi seni pertunjukan yang telah ada dan menggabungkannya dengan
sensibilitas dan media kontemporer.
Teater
Garasi juga merupakan sebuah laboratorium seni pertunjukan yang diciptakan dan
dijalankan oleh kolektif multi-disiplin dari seniman yang telah modernisasi
sadar teater Indonesia selama lebih dari 20 tahun . Bayangkan teater sebagai
proses pembelajaran yang kreatif terus menerus untuk kedua praktisi dan
penonton , mereka melibatkan masyarakat dalam refleksi , isu-isu politik ,
ekonomi dan sosial budaya .
Terus-menerus
bereksperimen dengan bentuk-bentuk baru dan ide-ide , namun tetap relevan
dengan konteks mereka , kolektif mengacu pada unsur-unsur beragam budaya lokal
, seperti legenda kuno , puisi kontemporer , televisi, tradisi rakyat , musik
rock , peristiwa sejarah dan kehidupan jalanan , untuk mengeksplorasi
masyarakat Indonesia hari ini . Teater Garasi bekerja sama sebagai sebuah
kelompok untuk menciptakan kinerja dengan meneliti subjek dipilih dengan semua
peserta - pencahayaan dan pemandangan desainer , koreografer , aktor , musisi ,
penulis - berkolaborasi dalam perkembangannya .
Teater Garasi berada di dalam kampus sejak
1993 hingga 1999 dan muncul pada periode yang ditandai dengan pentas-pentas
teater yang didominasi tema-tema protes terhadap kekuasaan. Mereka membawa ide,
bahwa, teater juga bisa diangkatlewathal-halsederhanamisalnya hubungan misalnyahubunganantarapriadanwanita.
Pada awalnya pertunjukan mereka mendasarkan pada naskah dan bentuk pertunjukan teater pada umumnya, baik naskah dari Indonesia ataupun terjemahan-saduran dari naskah asing. Pada 1999, Teater Garasi memutuskan lepas dari kampus. Dan itulah awal perjalanannya sebagai salah satu teater independen yang aktif di Indonesia. Mereka melakukan eksplorasi lewat Repertoar Hujan karya Gunawan Maryanto dan Waktu Batu karya Yudi Ahmad Tajudin dengan penulis naskah Andi Nur Latif, Gunawan Maryanto, dan Ugoran Prasad. Bentuk pertunjukannya pun nampak mengalami perubahan. Kedua pertunjukan itu tak menggunakan kata, tidak linier dan menitikberatkan pada kemampuan tubuh aktor serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa dihasilkan dari suara atau musik. Tata panggung atau ruang pertunjukan, berbeda pula dengan yang sering ditampilkan sebelumnya.
Pada awalnya pertunjukan mereka mendasarkan pada naskah dan bentuk pertunjukan teater pada umumnya, baik naskah dari Indonesia ataupun terjemahan-saduran dari naskah asing. Pada 1999, Teater Garasi memutuskan lepas dari kampus. Dan itulah awal perjalanannya sebagai salah satu teater independen yang aktif di Indonesia. Mereka melakukan eksplorasi lewat Repertoar Hujan karya Gunawan Maryanto dan Waktu Batu karya Yudi Ahmad Tajudin dengan penulis naskah Andi Nur Latif, Gunawan Maryanto, dan Ugoran Prasad. Bentuk pertunjukannya pun nampak mengalami perubahan. Kedua pertunjukan itu tak menggunakan kata, tidak linier dan menitikberatkan pada kemampuan tubuh aktor serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa dihasilkan dari suara atau musik. Tata panggung atau ruang pertunjukan, berbeda pula dengan yang sering ditampilkan sebelumnya.
Meski sering diasosiasikan dengan teater
absurd, Teater Garasi tidak berafiliasi pada satu bentuk atau gaya tertentu.
Garasi, bukan kelompok teater realis, atau kelompok teater tubuh. Teater Garasi
adalah kelompok teater! Proses kreatifnya sendiri menunjukkan keberagaman
bentuk estetik yang mereka pelajari dan praktekkan. Di luar anggapan tersebut
di atas, pertunjukan solo aktor-aktor Teater Garasi juga menampilkan lakon
realis yang mengandalkan kekuatan kata dan alur cerita.
Teater Garasi meyakini, kerja penciptaan teater adalah juga suatu cara untuk memahami kenyataan-kenyataan sosial di masyarakatnya, yang selalu berada dalam perubahan dan semakin terhubung dengan jejaring kenyataan-kenyataan ekonomi, politik dan kebudayaan global. Karenanya, hampir seluruh karya-karya Teater Garasi adalah juga upaya untuk melakukan pembacaan kritis atas kenyataan sosial tertentu dan membuka dialog dengan publik/penontonnya.
Pada 2003, Teater Garasi menggaet dana hibah dari HIVOS. Lewat dana itu Teater Garasi tidak lagi hanya sebagai kelompok teater saja, tapi juga sebagai lembaga kebudayaan yang aktif menggelar diskusi, membuka sekolah keaktoran, juga menggelar pertunjukan-pertunjukan studi. Awal tahun 2002, mereka mencanangkan kelompoknya sebagai laboratorium penciptaan. Dan, secara berkala menerbitkan jurnal Lebur, yang mengabarkan perkembangan teater, seni pertunjukan dan kebudayaan. Selain menerbitkan jurnal, sejak 2006 Teater Garasi menerbitkan newsletter skana yang mengabarkanperistiwateaterdantariterkinidiYogyakarta.
Selama tahun 2007-2008, Teater Garasi menginisiasi dan mendukung proses pertunjukan solo oleh para aktornya. Seri pertunjukan itu menampilkan sembilan aktor Teater Garasi dalam Sembilan Seri Pertunjukan Solo di Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Lampung. Sedang pertunjukan mutakhir mereka adalah je.ja.lan (2008) dan Tubuh Ketiga (2010) dengansutradaraYudiAhmadTajudin.
Di bawah kemudi direktur Artistik, Yudi Ahmad Tajudin, dan direktur eksekutif Kusworo Bayu Aji, sejak 2004 Teater Garasi telah mementaskan karya-karyanya di panggung-panggung internasional, semacam Insomnia 48-Singapore (2004), fesival In Transit yang diselenggarakan oleh The House of World Cultures, Berlin-Jerman (2005), Physical Theatre Festival Tokyo-Jepang (2005-2006) dan Shizuoka Spring Arts Festival (2010).
Teater Garasi meyakini, kerja penciptaan teater adalah juga suatu cara untuk memahami kenyataan-kenyataan sosial di masyarakatnya, yang selalu berada dalam perubahan dan semakin terhubung dengan jejaring kenyataan-kenyataan ekonomi, politik dan kebudayaan global. Karenanya, hampir seluruh karya-karya Teater Garasi adalah juga upaya untuk melakukan pembacaan kritis atas kenyataan sosial tertentu dan membuka dialog dengan publik/penontonnya.
Pada 2003, Teater Garasi menggaet dana hibah dari HIVOS. Lewat dana itu Teater Garasi tidak lagi hanya sebagai kelompok teater saja, tapi juga sebagai lembaga kebudayaan yang aktif menggelar diskusi, membuka sekolah keaktoran, juga menggelar pertunjukan-pertunjukan studi. Awal tahun 2002, mereka mencanangkan kelompoknya sebagai laboratorium penciptaan. Dan, secara berkala menerbitkan jurnal Lebur, yang mengabarkan perkembangan teater, seni pertunjukan dan kebudayaan. Selain menerbitkan jurnal, sejak 2006 Teater Garasi menerbitkan newsletter skana yang mengabarkanperistiwateaterdantariterkinidiYogyakarta.
Selama tahun 2007-2008, Teater Garasi menginisiasi dan mendukung proses pertunjukan solo oleh para aktornya. Seri pertunjukan itu menampilkan sembilan aktor Teater Garasi dalam Sembilan Seri Pertunjukan Solo di Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Lampung. Sedang pertunjukan mutakhir mereka adalah je.ja.lan (2008) dan Tubuh Ketiga (2010) dengansutradaraYudiAhmadTajudin.
Di bawah kemudi direktur Artistik, Yudi Ahmad Tajudin, dan direktur eksekutif Kusworo Bayu Aji, sejak 2004 Teater Garasi telah mementaskan karya-karyanya di panggung-panggung internasional, semacam Insomnia 48-Singapore (2004), fesival In Transit yang diselenggarakan oleh The House of World Cultures, Berlin-Jerman (2005), Physical Theatre Festival Tokyo-Jepang (2005-2006) dan Shizuoka Spring Arts Festival (2010).
Pembahasan:
Seni sesungguhnya
termasuk fenomena sosial. Seni pertunjukan, yang berbentuk realis maupun
simbolis, selalu merepresentasikan suatu situasi soaial dan pertemuan sosial. Menurut saya, perteateran di Indonesia pada umumnya dan Yogyakarta pada khususnya menunjukkan dinamika yang unik. Teater Garasi Yogyakarta adalah salah satu kelompok teater di Indonesia yang mampu melakukan proses latihan dan pementasan secara terprogram setiap tahun. keberadaan teater garasi juga mewarnai dinamika teater yang ada di Indonesia. Kegiatan Teater Garasi Yogyakarta mampu menampung aspirasi artistik anggotanya, baik dalam proses kreatif maupun manajemen produksi. Pementasan mereka sudah dikenal di tingkat lokal Yogyakarta, nasional bahkan internasional.
Teater Garasi berada di dalam kampus sejak 1993 hingga 1999 dan muncul pada periode yang ditandai dengan pentas-pentas teater yang didominasi tema-tema protes terhadap kekuasaan. Teater Garasi sebagai kerja penciptaan teater karena merupakan suatu cara untuk memahami kenyataan-kenyataan sosial di masyarakatnya, yang selalu berada dalam perubahan dan semakin terhubung dengan jejaring kenyataan-kenyataan ekonomi, politik dan kebudayaan global. Karenanya, hampir seluruh karya-karya Teater Garasi adalah juga upaya untuk melakukan pembacaan kritis atas kenyataan sosial tertentu dan membuka dialog dengan publik/penontonnya.
Dengan latar belakang tersebut,kiranya kegiatan Teater Garasi Yogyakarta patut diangkat menjadi obyek apresiasi. Dan seni Teater Garasi Yogyakarta sangat menarik untuk diapresiasi, terutama berkenaan dengan dinamika seni teater kontemporer di Indonesia.
0 komentar on "Teater Garasi"
Posting Komentar